28 Oktober, 2014

Terhenti di Ketinggian 2800 mdpl Gn. Lawu

~Solo, 25 Oktober 2014.
20.15 wib. Aku dan Heri sampai di tempat meeting point kami, kediaman Yoga. Darinya kami mengetahui bahwa Paryanto tidak jadi ikut, dikarenakan dia mendadak tidak enak badan ketika Maghrib. Sehingga kami memutuskan tidur sejenak untuk menunggu Zul selesai bekerja.  Singkat cerita, kami pun berangkat pukul 23.30 wib menuju Cemoro Sewu, Magetan.

~Magetan, 26 Oktober 2014.
Sekitar pukul 01.00 wib, kami sampai di Cemoro Sewu, Magetan.  Terlihat banyak kendaraan yang sudah terparkir di sekitar Cemoro Sewu. Lalu kami menuju ke salah satu warung untuk mengisi perut setelah memarkirkan motor. Sepiring nasi goreng dan minuman hangat menemani kami di tengah dinginnya malam. Hingga kami tertidur sejenak dan kami terbangun pukul 03.10 wib.
04.10 wib, kami memutuskan naik. Jalan sudah tertata rapi oleh bebatuan. Gelapnya malam masih menyelimuti kawasan sekitar Cemoro Sewu. Terlihat pula banyak  tenda berdiri disini. Bintang-bintang terlihat berkumpul dalam langit malam. Memancarkan cahayanya. Kami masih terengah-engah ketika memulai perjalanan ini. Sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas kami di sunyinya malam. Kami beristirahat sejenak di salah satu batang pohon yang sudah tergeletak. Dari bawah terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

“mari mas”.
“iya mas, sendirian?”.
“iya”.
“dari mana mas?”.
“ini mas dari Sragen. Tadi habis dari Boyolali langsung kesini”.
“Sering mendaki sendiri? ke puncak”.
“iya, tapi gak pernah sampai puncak sih mas. Bosen. Ya sudah mas saya lanjut naik. Mari mas.”

Gila. Mendaki sendiri?”, pikirku. Langit mulai menunjukkan warna kemerah-merahannya ketika kami menuju ke POS 1.  Kami pun melanjutkan perjalanan dan tak berapa lama kami sampai di POS 1. Terihat bangunan yang digunakan untuk berjualan. Disini kami beristirahat sejenak dan dari bawah mulai berdatangan penduduk sekitar yang membawa barang dangangan yang ternyata akan dijual di POS 5. Ya, Gn. Lawu identik dengan “Warung Mbok Yem” yang berada di POS 5 dan mungkin itu adalah warung tertinggi di Indonesia.

POS 1


Menuju POS 2, kami disambut oleh lautan awan dan sunrise. Indah, walaupun kami hanya bisa melihat sunrise di balik pepohonan. Sehingga kami berhenti sejenak mengabadikan moment indah ini.
 

sunrise dalam perjalanan..



lautan awan (y)

Pendaki lain mulai turun. Sedang kami baru berangkat naik dan mungkin hanya team kami yang naik saat itu. “Semangat Mas”, ucapan yang sering kami temui dalam perjalanan. Jalan berbatu mulai berubah menjadi tangga berbatu. Tenaga kami terkuras. Kami sering berhenti mengumpulkan tenaga. “Ini tadi kita salah jam, seharusnya kita naik sekitar jam 02.00,malah ketiduran dan baru naik sekitar jam 04.00.”,ucap Yoga. Kami melanjutkan perjalanan, dan semakin banyak saja pendaki yang turun disertai dengan ‘bau’ khas dari tubuh mereka. Yoga kemudian berjalan terlebih dahulu. Aku, Heri dan Zul masih mengumpulkan tenaga, menyandarkan tubuh dibebatuan. Dirasa sudah cukup beristirahat, kami bertiga melanjutkan perjalanan. Setelah berjuang lama, kami sampai di POS 2. Dan Yoga terlihat duduk dengan pendaki lain. Yang ternyata temannya ketika SMA. Kami disambutnya dengan ramah. Diberikannya setangkai anggur.
POS 2

Kami sempat tertidur beberapa menit di sini. Lumayan untuk mengumpulkan tenaga kami dan rasa kantuk di tubuh kami. “Ayo, kita naik. Kalau banyak istirahat badan malah sakit semua.”, ucapku ke Yoga.

Menuju POS 3 jalan semakin curam. Kami lebih sering berhenti. Setiap kami naik beberapa langkah kami kemudian berhenti. Naik lagi dan berhenti lagi. Begitu seterusnya. Pendaki dari atas semakin banyak yang turun. Sesekali terlihat burung jalak di antara pepohonan. Singkat cerita kami sampai di POS 3 sekitar pukul 11.00 wib.
Jalannya seperti ini nih...

POS 3



burung jalak...

 
“kita naik tidak ini?”
“manut…”
“terserah…”
“hla ini katanya di POS 5, sendang/sumurnya kering”
“ya lihat situasi dulu”
“iya, tapi masalahnya persediaan air kita pas pas-an dan ini kan kita mau masak”
“punya mu masih berapa Mol?”
“1 liter lebih paling Yog”
“punyaku sama Mas Heri masih separo lebih ini”
“kalo punyaku masih 2 botol”

Kami akhirnya memutuskan untuk memasak makanan dan mendirikan tenda di POS 3. Semangkuk mie rebus dan segelas kopi kita santap bersama. Kemudian kami beristirahat sejenak disini.




Aku kemudian terbangun. Dan kulihat Mas Heri duduk terdiam menahan dingin. Kulihat pula sekeliling sudah sepi dari pendaki. Kami memutuskan untuk berjalan berkeliling POS 3.

“lah.. itu anak-anak STMIK.”
“iya, itu Mas Sakti”
“Mas. sejak kapan disini”
“hey.. naik gak? dari tadi”
“kayake nggak. stok air mepet. katane di atas kering.”
“iya”

Setelah ngobrol sejenak, merekapun turun. Dan kami melanjutkan istirahat kami. Tiba tiba seorang pendaki menghampiri kami.

“permisi mas. masih punya stok air tidak?.”
“mepet sih mas.”
“ooo.. yasudah.”
“hla mas e masih ada tidak”
“ada sih, makasih mas.” *pergi menghampiri temannya…
“stok air kita masih berapa to?” *diskusi…
“3 liter lebih”
“ya udah, itu yang sebagian dikasih ke mas e tadi aja”
*zul pergi memberikan air…
“ternyata air mas e sedikit tadi.”

Dari kejadian ini, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke atas. Karena kami di POS 3 ini saja sudah siang. Belum lagi kita naik dengan jalan terjal dan pasti akan menguras banyak tenaga menuju POS 4. Puncak memang bukan tujuan utama. Keselamatan adalah tujuan utama. Ya, walaupun memang agak nyesek kalau gak sampai puncak. Karena semua yang kami rencanakan batal dilakukan. Padahal kami berniat foito di puncak menggunakan Toga #AhSudahlah. Kami kemudian membereskan perlengkapan dan kemudian turun sekitar pukul 15.00 wib.
Jalur pendakian mulai sepi. Terlihatlah burung jalak di depan kami. Akupun kemudian menghampirinya. Burung jalak tersebut kemudian meloncat-loncat kebawah mengikuti jalur pendakian seolah-olah menuntun kami. Kemudian diapun terbang. Dan di lain waktu dalam perjalanan burung tersebut berada di depan kami lagi. Menemani kami. Sungguh pengalaman yang jarang kutemui. Sepertinya burung jalak tersebut sudah terbiasa dengan manusia, karena kami dekati pun dia tidak langsung terbang. Perjalanan di lanjutkan. Kami kemudian berhenti sejenak, sambil mencari spot yang keren untuk acara foto. Lumayan untuk mengobati rasa kecewa kami karena tidak sampai puncak.




Zul...

Heri...

Yoga...

Aku...
Turun menuju POS 1, kami bertemu dengan Team SAR, yang ternyata di POS 2 ada pendaki yang pingsan karena kelelahan. Sesampainya di POS 1, Team SAR sudah berkumpul dan kemudian naik untuk menolong pendaki tersebut. Menuju ke bawah, matahari mulai terbenam. Alhasil kami hanya bisa melihat semburat awan yang terkena efek sunset.

Sunset ketika turun :)


Sekitar pukul 19.00 wib, kami sampai di bawah. Dan kemudian mendirikan tenda. Untuk istirahat semalam dan pulang ke Solo keesokan harinya.

Kenang-kenangan ini :)

 
Dan ini kami, foto sebelum pulang... Zul, Yoga, Aku dan Heri...

Foto sek.... :D

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...